Tradisi Unik di Indonesia yang dilakukan untuk Melestarikan Alam
BNI Hi-Movers, Indonesia sebagai negara tropis kepulauan terbesar di dunia memiliki keindahan alam yang membentang dari Sabang sampai Merauke dan kemudian menjadi daya tarik bagi seluruh dunia. Oleh karena itu, alam Indonesia haruslah terus terjaga kelestariannya demi keberagaman spesies flora, fauna, maupun manusia yang tinggal dan bergantung di dalam ekosistem alam tersebut.
Kesadaran menjaga alam dan lingkungan ini telah ada di masyarakat dan menyatu dalam tradisi-tradisi yang khas dari berbagai daerah, dimana ritual-ritual dilakukan sebagai pengingat manusia untuk berterima kasih terhadap alam dan Sang Pencipta, yang telah memberikan sumber daya kehidupan, dan juga pengingat bagi masyarakat agar selalu merawat alam sekitar.
Mari kita simak beberapa tradisi-tradisi unik dari berbagai daerah dan suku di Indonesia yang dilakukan sebagai bentuk upaya menjaga kelestarian alam.
1. Mantari Bondar di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
Melalui tradisi ini, masyarakat di empat desa yang disebut Hatabosi (desa Haunatas, Tanjung Rompa, Bonan Dolok dan Siranap) berkomitmen untuk menjaga kelestarian hutan dan konservasi air yang juga merupakan sumber utama mereka dalam mendapatkan air bersih dan air untuk lahan-lahan pertanian. Mantari artinya “menteri/mantri” dan Bondar berarti “saluran/aliran air”. Ritual ini adalah pemilihan para penjaga aliran air yang ditentukan oleh masyarakat di rapat adat. Selain 1 orang Mantari Bondar, juga terdapat 8 orang panjago bondar untuk membantu tugasnya dalam menjaga hutan dan mengawasi mata air dari kerusakan dan menjaga kelancarannya demi kemaslahatan bersama.
2. Ruwat Laut di Desa Pulau Pahawang, Lampung
Pulau Pahawang di bagian selatan provinsi Lampung memiliki adat ruwat laut yang merupakan ungkapan rasa terima kasih pada Sang Pencipta yang telah memberikan berkah dari laut sekaligus permohonan perlindungan-Nya. Tradisi ini biasanya dimulai dengan doa bersama dipimpin pemuka agama, kemudian melarung kepala kerbau di sebuah perahu berhias.
3. Rasulan di Yogyakarta
Tradisi Rasulan dilaksanakan sebagai ungkapkan rasa syukur masyarakat setempat setelah musim panen akan hasil panen yang baik dan sekaligus melakukan merti atau bersih desa sebagai upaya mendapatkan keselamatan dan membuang hal-hal negatif di desa supaya terhindar dari segala malapetaka. Rangkaian acara Rasulan biasanya berlangsung selama beberapa hari, diawali dengan bersih desa dan diakhiri dengan kenduri hasil bumi yang dibentuk gunungan dan diarak keliling desa.
4. Tradisi Nyabuk Gunung di Lereng Gunung Sindoro-Sumbing dan Subak di Bali
Tradisi di dua daerah yang berbeda namun memiliki filosofi hampir serupa, yaitu membuat sawah berundak demi konservasi air dan menjaga keutuhan bentuk lereng gunung. Selain itu, keuntungan sawah di lereng dengan sistem berundak adalah mencegah longsor. Tradisi ini telah dikenal selama ratusan tahun sebagai salah satu dari kearifan lokal yang masih dilaksanakan dengan baik.
5. Seserahan Hutan di Desa Paau, Kalimantan Selatan
Suku Banjar yang bermukim di Desa Paau, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, melakukan ritual tahunan seserahan hutan sebagai bentuk syukur terhadap hasil alam dan hasil hutan, serta komitmen mereka menjaga kelestarian alam. Acara biasanya dimulai pada malam hari saat purnama antara bulan Agustus dan Oktober, setelah panen padi, dimana para tetua adat akan melakukan acara doa bersama makan bersama dan ritual tepung tawar. Ritual ini konon merupakan akulturasi budaya Banjar kuno dan suku Dayak Bukit di daerah Pegunungan Meratus.
6. Paca Goya, Pulau Tidore, Maluku Utara
“Paca” berarti membersihkan sementara “Goya” adalah tempat keramat. Tradisi dari masyarakat di Kampung Kalaodi, Tidore yang merupakan ritual adat di lokasi yang keramat di tengah hutan demi keselamatan anak cucu warga Kalaodi dan secara adat dilakukan untuk berdamai sekaligus bersahabat dengan alam sekitar. Paca Goya dilakukan sehabis panen cengkeh atau pala.
Kegiatan yang dilakukan dalam ritual ini salah satunya adalah membersihkan bukit atau gunung dan tempat keramat bertujuan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Tuhan akan sumber daya alam yang melimpah dan bentuk tanggung jawab masyarakat Kalaodi untuk tidak merusak dan mengambil berlebih dari alam. Komitmen ini dipegang secara kuat melalui sumpah yang disebut Bobeto yang artinya “siapa merusak alam, akan dirusak alam.”
7. Adat Sasi di Maluku dan Papua
Maluku dan Papua dikenal memiliki keindahan alam baik darat dan laut yang selalu terjaga. Hal ini disebabkan salah satunya adalah karena adanya tradisi Sasi atau dalam istilah lokal artinya larangan. Sasi merupakan sebuah larangan atau aturan untuk berhenti memanen atau mengambil sumber daya alam tertentu di wilayah adat selama beberapa waktu. Tradisi ini bisa dilakukan di darat maupun di laut. Tradisi ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga ekosistem dan populasi flora dan fauna lokal agar tidak rusak atau habis. Aturan Sasi ada 5 jenis, yaitu sasi umum, sasi sungai, sasi laut, sasi hutan, dan sasi binatang. Pemimpin dan penjaga adat Sasi disebut Kewang, yang mempunyai peran untuk mengawasi dan memberikan sanksi seperti denda atau bahkan cambuk bagi para pelanggar.
Menarik bukan melihat beberapa contoh kearifan lokal berbagai suku di Indonesia yang telah memiliki adat sejak ratusan tahun lalu mengenai pelestarian alam? Jadi, apa yang bisa ikut kita lakukan untuk menjaga kelestarian alam , BNI Hi-Movers? Yuk, sharing di kolom komentar!