img

Waspada! Kecanduan Gadget pada Anak Bisa Ganggu Kesehatan dan Mental

BNI Hi-Movers, Anak-anak di Indonesia dinilai rentan kecanduan menggunakan gadget dalam aktivitas kesehariannya. Bahkan hasil penelitian menyebutkan, lebih dari 50% anak di dunia usia 0-8 tahun sudah mengenal gadget. Indonesia termasuk sebagai pengguna gadget tertinggi yaitu 48%, dan sebanyak 53% anak Indonesia usia lima tahun ke atas sudah memiliki smartphone pribadi.

Demikian disampaikan Psikolog dari Rumah Sakit Mitra Keluarga Gading Serpong Nana Gerhanna dalam sharing session bertema “Kecanduan Gadget pada Anak: Dampak bagi Kesehatan dan Cara Mengatasinya,” Kamis (8/8/2023).

Nana menyampaikan, hasil penelitian Harris Polling, United States 2022 menyebutkan, screen time meningkat sangat signifikan pada anak usia sekolah (5-7 tahun) saat periode lock down COVID-19. Orang tua kemudian membentuk pemikiran baru bahwa wajar anak menggunakan gadget lebih dari lima jam di keseharian mereka, bahkan sampai saat ini sudah terbentuk kebiasaan baru anak-anak di rumah.

“Dulu main gundu, kelereng, zaman now anak-anak kumpul main sebelah-sebelahan tapi mainnya di dunianya masing-masing lewat gadget. Bahkan zaman sekarang kalau mau cek anak, ceknya lewat sosial media,” ucapnya.

Keadaan tersebut, kata Nana, otomatis akan mengganggu kesehatan mata dan tulang. Lebih dari itu, anak juga bisa terserang gangguan otak permanen, gangguan fokus dan konsentrasi, komunikasi, emosi, hingga psikososial.

Nana menjelaskan, kecanduan pada gadget menyebabkan gangguan patologis yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam penggunaan dan tidak mampu mengontrolnya. Ciri-cirinya adalah menunjukkan sindrom cemas dan hampa saat tidak berada dekat gadget. Anak-anak juga cenderung malas bersosialisasi dengan teman, jarang berkomunikasi dengan keluarga, menghindari aktivitas di luar rumah, dan malas olahraga.

“Kalau anak sudah kecanduan gadget jadi sering berbohong dan membantah orang tua demi gadget, tidur larut malam, kurang fokus pelajaran, dan suka mengkhayal,” katanya.

Lebih jauh Nana mengungkapkan, dampak negatif menggunakan gadget terlebih aktif dalam menggunakan media sosial bagi anak-anak akan menimbulkan kecemasan, pembentukan jati diri yang salah, kesepian dan lebih individualis.
“Ini juga bisa membuat gangguan jiwa yang terus berkembang seiring perkembangan teknologi,” ucap dia.

Untuk itu, menurut Nana, ada usia ideal di mana anak diperbolehkan mengenal gadget dengan batasan-batasan yaitu 2-6 tahun boleh diperkenalkan akan tetapi hanya sebagai sarana edukasi dengan rentang waktu 30-60 menit sehari, sementara di usia 6-17 tahun waktu penggunaan maksimal dua jam per hari dengan bimbingan orang tua.

Lalu, apa yang harus dilakukan orang tua untuk mencegah anak kecanduan gadget?

Nana menyebutkan, orang tua perlu mengedukasi anak seperti mengajarkan soal kesehatan mata, seks edukasi, hingga kesehatan mental. Yang lebih penting, kata Nana, orang tua perlu membagi waktu kualitas dengan anak, memberi contoh, mengajak anak untuk berinteraksi dengan orang yang ditemui sehari-hari, keluar ruangan atau melakukan outdoor activity, belajar dan bermain bersama teman tanpa gadget, hingga menggeluti hobby.

“Gadget kan hanya satu arah, ini membuat anak pasif, kalau interaksi kan dua arah, jadi menstimulasi perkembangan anak,” pungkasnya.

BNI Hi-Movers, yuk kita edukasi perkembangan anak sejak dini agar tidak kecanduan gadget dan lebih sering berinteraksi dengan lingkungan sekitar agar anak tumbuh dengan sehat dan pintar.

SHARE: