img

Performance Management System (PMS) 3D: Perhitungan Kinerja Kini Makin Inline Bank Wide, Anti Double-Counting

BNI Hi-Movers, perubahan perilaku dan budaya kerja yang baru memang sepatutnya didukung oleh penilaian kinerja yang efektif, efisien, dan tepat sasaran. Performance Management inilah yang kemudian diyakini serta menjadi konsep untuk turut andil dalam peningkatan kinerja pegawai. Mengutip Michael Armstrong, Performance Management merupakan sebuah proses berkesinambungan untuk meningkatkan kesuksesan organisasi dengan menyelaraskan goals antara individu dan perusahaan, serta mengembangkan kemampuan sumber daya alam secara menyeluruh. Sejak tahun 2021, BNI Corporate Transformation telah banyak mengembangkan inisiatif dari sisi budaya perusahaan dan kinerja kepegawaian demi mewujudkan perusahaan yang agile, adaptif, dan kompetitif di dunia yang senantiasa dinamis.

Perjalanan transformasi yang tercatat pada wave pertama hingga wave ke-lima di tahun ini, antara lain menyoal konsep 3D yang sejalan dengan best practice BNI, penguatan pada pengukuran data-data yang lebih akurat dan transparan dalam implementasi kinerja, pengembangan implementasi New Way Of Working (NWOW), dan kini implementasi Performance Management System dalam tiga dimensi (PMS 3D) agar BNI bisa lebih kolaboratif, bersama menghadapi tantangan.

Transformasi PMS ke PMS 3D

Performance Management System (PMS) atau yang mungkin BNI Hi-Movers kenal dengan penilaian kinerja, merupakan realisasi atas kinerja selama enam bulan atau satu tahun. PMS memastikan semua unit dan pegawai memiliki ukuran, cara, strategi agar mendapatkan performa terbaiknya. PMS Cycle sendiri berjalan dari tahap planning yang ditentukan melalui Rencana Bisnis Bank, budgeting, monitoring, hingga evaluating

Sejak awal implementasinya, PMS di masa lalu, memang telah memiliki proses pengukuran kinerja, hanya saja masih dalam hitungan yang terbatas dengan penilaian unit tanpa melihat apakah unit tersebut masuk dalam kategori Channel, Product, atau Segment. Bisa diartikan saat itu, financial mirroring hanya sampai di level antar unit dan tidak memperhitungkan komponen indirect dalam pengakuan kinerja. Hasilnya, kinerja per unit menjadi overstated; dan akumulasi pencapaian seluruh Channel, Product, dan Segment disadari tak sejalan dengan pencapaian bank wide

Kini, BNI Corporate Transformation melahirkan konsep PMS 3D yang memisahkan dimensi Channel, Product, dan Segment; serta melihatnya lebih transparan dan akuntabel. Melalui implementasi ini, financial mirroring bisa dilakukan di tiap dimensi (Channel, Produk, dan Segment). Akumulasi pencapaian tiap unit bisa lebih sejalan dengan pencapaian bank wide. “Implikasinya bisa lebih accountable dalam pengelolaan DPK dan loan, sehingga pencapaian seluruh unit menjadi lebih clear dan tidak overlapping,” ujar Direktur Finance BNI Ibu Novita Widya Anggraini dalam diskusi kanal Youtube BNI Corporate University TV, bertajuk ‘RACE Talk Series: Elevate Bank Performance Through PMS 3D’.

Dirinya kemudian mengatakan, BNI termasuk bank yang memiliki diferensiasi dan selangkah lebih maju. Pasalnya, PMS dengan menggunakan metode 3D ini termasuk inisiatif yang jarang dilakukan oleh lembaga keuangan, karena memiliki effort yang tinggi dan keterbatasan data yang kerap menjadi kendala utamanya. Padalah perhitungan kinerja ini luar biasa berdampak besar dan positif untuk keberlangsungan perusahaan.

Ibu Novita kemudian menegaskan bahwa PMS 3D itu bukanlah sebuah kebijakan yang berubah-ubah, melainkan sebuah penyempurnaan atau fine tuning. “Artinya, kalau sebelumnya performance management kita based on unit, sekarang bisa jadi lebih terukur melalui pemetaan tiga dimensi dan bisa jadi lebih in line dengan pencapaian bank wide. Jadi lebih accountable dan nggak double-counting,” jelasnya.

Adanya pengembangan menjadi PMS 3D, tambah Ibu Novita, juga tanda bahwa BNI mampu menjalankan komitmen untuk terus bertransformasi terhadap kondisi global yang dinamis. Tentu saja BNI juga perlu mempertahankan agility untuk selalu menerima perubahan.

“Kita bisa melihat transformasi ini sebagai bagian yang memang menjadi bisnis as usual, bahwa sudah seharusnya sebagai organisasi yang konsisten berkiprah di kancah global, BNI mampu men-transform dirinya setiap hari dan setiap saat. Anggap saja, transformasi adalah booster dan semangat kita. Apalagi, dengan PMS 3D kita bisa memprediksi bagaimana peluang bisnis bagi BNI ke depan,” tandasnya.

Perhitungan Tiga Dimensi

Lalu, apa tiga dimensi PMS yang diperhitungkan? Seperti dijelaskan sebelumnya, dimensi tersebut merupakan Channel, Product, dan Segment. Dimensi Channel meliputi point of contact berdasarkan dari wilayah dan cabang. DImensi ini bertujuan untuk mengelola relationship dengan nasabah yang mencakup sales dan services. Kinerja PnL diperhitungkan berdasarkan tagging channel kelolaan seperti BNI Mobile Banking, Kantor Cabang, Agen 46, dan seterusnya. Sementara, unit yang ada pada Dimensi Product adalah mereka yang mengelola dan mengembangkan produk. Kinerja PnL diperuntukkan berdasarkan tipe produk; seperti tabungan, KUR, Kartu Kredit, dan lainnya. Pada dimensi ini, produk owner dari suatu produk kemudian dipetakan kembali.

Terakhir, untuk unit yang ada pada Dimensi Segment memiliki tujuan untuk mengembangkan solusi untuk nasabah secara end-to-end lintas channel baik fisik maupun digital, ataupun lintas produk. Kinerja PnL-nya kemudian diperhitungkan berdasarkan kepemilikan segmen nasabah. Segmen yang kita tahu bersama seperti retail, komersial, korporat, dan lain sebagainya.

Lebih dari itu, guna meningkatkan kolaborasi, konsep financial mirroring diberlakukan antar dimensi. Di mana Pertama, Wilayah mendapatkan financial mirroring untuk beberapa produk atas nasabah yang dikelola oleh Channel Kantor Pusat. Kedua, Wilayah atau Cabang akan mendapatkan produk-produk yang melibatkan Pemimpin Wilayah dalam memutus kredit komersial.

Namun, di luar hal itu ada beberapa transaksi atau produk dari banking activity, trading, dan sindikasi memang tidak dilakukan mirror ke wilayah dikarenakan Kantor Pusat yang memiliki kontrol penuh. Sebut saja seperti custody, shared investment, syndication, dan derivatif and reval valas.

PMS 3D menjadi salah satu fokus pada BNI Corporate Transformation. Adanya PMS 3D ini, membuktikan BNI semakin mampu untuk terus berbenah secara menyeluruh terhadap semua pegawai yang ada di cabang, wilayah, pusat, maupun kantor cabang di luar negeri. Dengan PMS 3D kita juga bisa mengetahui bagaimana kelebihan dan kekurangan kinerja pada tahun berjalan. Kita semakin bisa membuat keputusan dan perbaikan yang dilakukan atas dasar data dan bukan berasal dari informasi yang belum valid kebenarannya. 

Seperti kita tahu bahwa BNI selalu berkompetisi setiap hari; baik itu di sisi internal maupun eksternal. Dari perbankan dalam negeri, luar negeri, fintech, dan lain-lain. Cara kita berkompetisi ini tentu perlu mengetahui data yang terukur, sebelah mana kinerja pegawai yang bisa terus di improve.

Perlu keterlibatan semua BNI Hi-Movers, supaya inisiatif ini tetap berjalan on-track dan meminimalisir kendala serta tantangan di depan. Mari bersama, pahami teknis PMS 3D ini dan mendukung segala improvement bertahap yang bank kita lakukan.

SHARE: