
Dedolarisasi, Bagaimana Pengaruhnya Bagi Ekonomi Indonesia?
BNI Hi-Movers, belakangan ini dunia tengah ramai dengan istilah dedolarisasi sebagai akibat Amerika Serikat menggunakan dolar untuk senjata perang Ukraina dan Rusia. Akibatnya, negara-negara lain mulai memilih mata uang lain untuk kebutuhan transaksi. Beberapa negara yang telah meninggalkan dolar AS sebagai mata uang internasional, di antaranya Rusia, Brasil, dan Tiongkok.
Dedolarisasi sendiri merupakan proses penggantian dolar sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan minyak hingga perjanjian perdagangan bilateral. Dedolarisasi memberikan tiga dampak positif terhadap ekonomi Indonesia, yakni:
1. Stabilitas rupiah
Mengurangi penggunaan dolar AS pada transaksi keuangan dalam jangka panjang dan menggantinya dengan mata uang lokal dapat meningkatkan stabilitas rupiah. Ketika rupiah stabil, investasi dan kegiatan perdagangan internasional akan meningkat. Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat lebih solid dalam jangka menengah-panjang.
2. Hubungan dagang lebih erat
Ketika ekonomi domestik AS sedang tak stabil, pengalihan minat ekspor ke negara ASEAN dan negara alternatif lainnya membuat kinerja ekspor sedikit terjaga hingga tercipta efisiensi dalam perdagangan internasional. Selain itu, kegiatan ekspor dan impor juga lebih untung, lantaran tak perlu menukar mata uang lokal atau mengonversinya menjadi dolar AS.
3. Hemat biaya perdagangan
Penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan bilateral juga akan menghasilkan perdagangan yang hemat biaya. Dengan begitu, lebih banyak mendorong perdagangan serta meminimalisasi risiko ketidaksesuaian nilai tukar.
Meskipun dedolarisasi memberikan sejumlah keuntungan bagi ekonomi Indonesia, Pemerintah Indonesia tetap pelu waspada lantaran mata uang lokal akan sulit digunakan untuk membayar kapal yang beroperasi di jalur perdagangan lintas negara sebagian besar pakai uang dolar AS dibanding dengan mata uang lokal, seperti rupiah. Kalau menurut BNI Hi-Movers, dedolarisasi lebih banyak memberikan keuntungan atau kerugian bagi ekonomi Indonesia?