img

Perusahaan Modal Ventura Masih Punya Peluang Masuk ke Bisnis Startup

Jakarta - Di tengah kondisi ekonomi global yang berfluktuasi, bisnis di industri modal ventura atau Venture Capital masih mempunyai potensi yang sangat besar di masa depan. Terlebih, Indonesia mempunyai fundamental ekonomi yang lebih aman dari beberapa negara maju, di mana tingkat inflasi Indonesia pada November 2022 ada di level 5,42% year on year (yoy), di bawah Amerika Serikat (7,11%) dan Inggris (10,7%). Dengan kondisi fundamental dalam negeri Indonesia yang lebih baik, serta tren capital flight oleh investor ke negara yang menawarkan yield lebih tinggi, maka peluang Venture Capital domestik untuk memberikan pendanaan atau menyuntikkan investasi ke startup di Indonesia menjadi terbuka.

Demikian disampaikan oleh Manager Subsidiaries Development Division PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Antonius Hermawan, Senin (19/12/2022).

Menurutnya, di tengah badai yang menimpa beberapa startup Indonesia akhir-akhir ini, diharapkan adanya angin segar investasi yang berasal dari Venture Capital domestik, untuk reshaping model bisnis startup tersebut.

“Harapannya dalam lima tahun ke depan, winter (ketidakpastian) dalam bisnis startup akan berakhir dan akan terjadi potensi bull market. Dengan kondisi demikian, Venture Capital domestik yang melakukan pendanaan atau investasi saat ini, berpeluang mendapatkan potential gain dan bisnis yang lebih besar,” ujarnya.

Assistant Manager Digital Banking Strategy - Retail Solution (RTL) BNI Daniel Pories menambahkan, tahun 2022 diperkirakan akan menjadi tahun recovery untuk berbagai ekonomi di dunia termasuk bisnis startup. Meskipun terdapat tekanan dari faktor eksternal yakni penurunan kondisi makroekonomi dunia, bisnis startup diperkirakan akan menyesuaikan new equilibrium phase mereka. Hal ini diperlukan untuk menjaga sustainabilitas bisnis tersebut melalui internal adjustment dalam kebijakan perusahaan mereka.

“Likuiditas menjadi hal utama yang harus dijaga oleh startup dan fokus pada kondisi fundamental bisnis mereka, antara lain margin, cash burn, profitability versus hypergrowth,” ucapnya.

Daniel mengungkapkan, berkaca dari pengalaman tren sebelumnya yakni valuation over value, di mana startup mengejar hypergrowth melalui strategi bakar uang untuk mengejar valuasi. Sebaliknya, saat ini, investor termasuk Venture Capital, memandang perusahaan atau bisnis startup dari sisi “Value over Valuation,” di mana startup dengan growth towards profitability dan cashflow yang sehat, akan lebih dilirik oleh investor, dalam hal ini Venture Capital.

“Maka keputusan berbagai perusahaan Venture Capital untuk mengutamakan value dibandingkan hypergrowth dan cash burn sudah sangat tepat,” tandasnya.

SHARE: