Potensi Bisnis BNI di Luar Negeri, Menjawab Tantangan BNI Menjadi Bank Utama Bisnis Internasional di Indonesia
- John Adrian Suharyo, Remedial Recovery Wilayah 08 Denpasar -
Di dalam bisnis Perbankan di Indonesia, BNI saat ini adalah satu-satunya bank milik Pemerintah dengan jaringan bisnis luar negeri yang paling luas, saat ini jaringan bisnis Bank BNI meliputi Kantor Cabang New York, Singapura, Hong Kong, Tokyo, London, Seoul, Sub Branch Osaka, dan yang baru saja dibuka di Bulan Mei 2022 adalah BNI Representative Office Amsterdam.
Tantangan bisnis perbankan nasional dari Indonesia yang melakukan ekspansi bisnis dengan membuka kantor operasional di luar negeri tentu saja sangat sulit, apalagi bisnisnya di Kota New York Amerika serikat. Betapa beratnya kondisi bisnis di luar negeri apabila BNI mengoperasionalkan produknya untuk bersaing langsung dengan perbankan yang ada, apalagi di Kota New York, yang mana sesuai Undang-Undang yang berlaku tentang Deposit Regulation, Anti Terorist and Money Laundering, serta Undang Undang Consumer Protection, kesemuanya terhubung secara system ke Government of US, yang mana tentu saja terdapat biaya biaya atau iuran yang tidak murah yang harus dibayar oleh Perbankan, sehingga BNI juga harus mempertimbangkan untung rugi nya untuk memasarkan Mass Produk Deposit maupun Saving di wilayah New York sana.
Tentu terdapat banyak cara untuk menghadapai persaingan antar produk perbankan tersebut, yang mana disini salah satunya menurut pemikiran Penulis dapat dilakukan oleh Management BNI kepada BNI New York, yaitu BNI New York mendapat keuntungan lebih dahulu dari inovasi bisnis baru yang tailor made, baru kemudian mengembangkan mass product di New York setelah mempunyai kemampuan keuangan yang kuat.
Di sini Penulis ingin sumbang saran bagaimana BNI dapat mengembangkan produk inovasi bisnis baru yang tailor made tersebut, yaitu dengan cara BNI menjadi parter pembangunan bagi salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara, sepertinya dapat kita pertimbangakan untuk saat ini adalah negara Timor Leste.
Timor Leste adalah negara yang baru merdeka dan sangat membutuhkan terobosan keuangan untuk membangun negaranya yang saat ini masih jauh tertinggal. Adapun potensi keuangan Timor Leste yang diketahui untuk Cadangan Devisa USD 1 Milyar (https://knoema.com/atlas/Timor-Leste/International-reserves) sedangkan akumulasi Dana Petroleum sebesar USD. 20 Milyar, atas potensi tersebut bagaimana BNI dapat mengembangkannya sebagai bisnis, baiklah kita lihat skema inovasi bisnis dibawah ini :
Untuk inisiasi bisnis ini tentu saja diperlukan upaya yang komprehensif dari segenap BNI Hi-Movers, yaitu upaya melakukan persiapan infrastruktur yang dibutuhkan, kemudian melakukan lobby negosiasi kepada pemerintah Timor Leste, serta melakukan updating Pedoman Perusahaan untuk mengatur bisnis tersebut sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.
Kemudian apakah keuntungan yang akan didapat oleh BNI maupun pihak Timor Leste ? Keuntungan yang didapat bagi BNI adalah :
- Bertambahnya bisnis di KCLN New York sehingga meningkatkan peluang untuk mengembangkan bisnis lainnya oleh karena sudah ada tambahan pendapatan yang cukup besar dari margin funding dan lending tersebut
- Akan meningkatkan fungsi bisnis lainnya di KCLN New York yaitu Bisnis Kustodian, Bisnis Pinjaman, Dana, dl
- Secara konsolidasi akan meningkatkan Total Aset dan DPK BNI sehingga dapat kembali menjadi bank terbesar di Indonesia.
Sedangkan keuntungan untuk pihak Timor Leste yaitu :
Akan meningkatkan efisiensi biaya pengadaan dana dalam rangka pembangunan karena penempatan dan fasilitas pinjaman yang diberikan oleh BNI dapat dihitung oleh Pemerintah TL sebagai 1 kesatuan bisnis yaitu karena adanya keterkaitan yang sangat erat antara mendapat fasilitas dengan penempatan dana tersebut, disini perhitungan efisiensi terhadap biaya sumber dana tersebut secara sederhana dapat dihitung yaitu selisih antara besarnya suku bunga penempatan dana terhadap fasilitas kredit yang diberikan BNI, misalkan bunga penempatan dana di BNI KCLN New York USD 3% p.a sedangkan bunga fasilitas kredit sebesar 7% maka biaya sebenarnya yang dibayar oleh Pemerintah TL adalah sebesar 4% p.a, untuk perbandingan apabila Pemerintah TL menerbitkan Obligasi Negara USD kemungkinan akan membayar bunga kupon obligasi sebesar 11% p.a (sumber: https://www.economy.com/timor-leste/lending-rate)
Model bisnis ini juga dapat ditawarkan BNI kepada Pemerintah Myanmar, Philipina, Laos, Kamboja, Vietnam bahkan kepada Pemerintah Indonesia sendiri sehingga dapat membuat posisi BNI di KCLN New York semakin besar dan kuat bisnisnya.
Di lain pihak hal ini juga dapat menjawab tantangan dari Bapak Erick Thohir Menteri BUMN yang menugasi BNI untuk terus berkembang sebagai bank pemain utama di bisnis internasional sehingga dapat membantu pemerintah dan seluruh warga negara Indonesia yang berbisnis di Luar Negeri (https://money.kompas.com/read/2020/07/03/102300526/erick-thohir-tantang-bni-bisa-jadi-bank-skala-internasional)
Demikian kiranya sharing ide untuk BNI terus berkembang sebagai bank terbesar dan terbaik kembali di Indonesia, semoga........