img

9 Kapal Tradisional dari Indonesia, Ada Pinisi Khas Bugis hingga Chi Khas Asmat

Sebagai sebagai sebuah negara maritim, tak heran di beberapa tempat ditemukan hasil budaya kelautan yang salah satunya adalah kapal tradisional.

Kapal tradisional ini menjadi alat transportasi yang dibuat dengan cara manual dengan desain sederhana berdasarkan ilmu turun-temurun yang dikuasai sejak zaman nenek moyang.

Umumnya kapal tradisional ini terbuat dari kayu dan digerakkan dengan tenaga manusia (dayung) atau tenaga angin (layar).

Meski kini kapal modern sudah banyak digunakan, beberapa kapal tradisional masih digunakan oleh masyarakat setempat baik untuk melaut maupun kegiatan pariwisata.

Berikut adalah nama-nama kapal tradisional dari Indonesia serta asal daerahnya.

1. Pinisi, Sulawesi Selatan
Kapal Pinisi adalah sebutan untuk kapal khas Suku Bugis yang bermukim di Kabupaten Bulukumba di wilayah Sulawesi Selatan.

Suku Bugis memang dikenal dengan kepiawaian mereka dalam mengarungi lautan dan samudera luas.

Dilansir dari laman Kemendikbud, sejarah Kapal Pinisi tertulis dalam La Galigo, bahwa alat transportasi ini sudah ada sekitar abad ke-14 M dan pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putra Mahkota Kerajaan Luwu.

Hingga saat ini, Kabupaten Bulukumba masih dikenal sebagai tempat pembuat Kapal Pinisi.

2. Pencalang, Riau

 
Namun kini fungsi sebagai kapal barang berubah fungsi menjadi kapal pesiar dengan fungsi pariwisata.

Pencalang adalah nama kapal yang juga dikenal sebagai pantchiallang atau pantjalang.

Kapal Pencalang merupakan sebuah kapal dagang tradisional khas yang pada masa lalu banyak digunakan di nusantara.

Mulanya Kapal Pencalang digunakan oleh orang-orang Riau dan Semenanjung Melayu, dan kemudian ditiru oleh pembuat kapal di daerah lain.

Ada juga kapal dengan julukan Lancang Kuning yang memiliki hiasan naga pada bagian anjungan (depan) dan buritan (belakang).

Kapal berwarna kuning ini khusus digunakan sebagai kendaraan raja atau sultan saja.

3. Pledang, Nusa Tenggara Timur
Kapal Pledang adalah sebutan bagi kapal khas Suku Lamalera yang menghuni Pulau Lembata, Flores, Nusa Tenggara Timur.

Kapal ini konon hanya bisa dibuat oleh Atamolo, yaitu orang yang ahli membuat pledang.

Kapal Pledang hanya digunakan setahun sekali yaitu saat baleo (musim perburuan ikan paus) untuk menangkap koteklema (paus sperma).

4. Padewakang, Sulawesi Selatan
Padewakang adalah nama kapal tradisional khas Suku Mandar di pesisir Sulawesi Selatan.

5. Sandeq, Sulawesi Barat

Dilansir dari laman Kabupaten Bulukumba, konon tercatat sebagai nama kapal asal Sulawesi pada akhir abad ke-17.

Kapal tersebut oleh VOC digunakan sebagai sarana pengantar surat dan sebagai kapal patroli.

Sandeq adalah nama kapal tradisional khas Suku Mandar di pesisir Sulawesi Barat.

Nama Sandeq diambil dari dari Bahasa Mandar yang berarti runcing.

Beberapa jenis Kapal Sandeq antara lain bernama Pangoli, Parroppong, Pallarung, dan Potangga.

Kapal Sandeq juga disebut sebagai salah satu kapal layar tercepat di dunia, dan masih dilestarikan bahkan diperlombakan setiap tahun dalam Sandeq Race.

6. Pakur, Sulawesi Barat
Sebelum dikenalnya Sandeq, masyarakat setempat lebih akrab dengan Kapal Pakur.

Dilansir dari laman Kompas.com, perbedaan Sandeq dan Pakur ada pada bentuk layarnya.

Layar Pakur berbentuk segi empat yang dikenal dengan istilah layar tanjaq yang merupakan bentuk khas layar di daerah Austronesia.

7. Jukung, Kalimantan Selatan
Jukung adalah sebutan untuk kapal khas Suku Banjar di Kalimantan Selatan.

Terdapat tiga jenis Kapal Jukung yaitu Jukung Betambit, Jukung Patai, dan Jukung Sudur. 

Jukung digunakan masyarakat setempat sebagai alat transportasi, sarana perdagangan, atau menangkap ikan baik di sungai, danau, maupun rawa-rawa. 
 
8. Kora kora, Maluku 

Terdapat tiga jenis Kapal yaitu Jukung Betambit, Jukung Patai, dan Jukung Sudur.

Jukung digunakan masyarakat setempat sebagai alat transportasi, sarana perdagangan, atau menangkap ikan baik di sungai, danau, maupun rawa-rawa.

Kora Kora adalah sebutan bagi kapal yang dibuat oleh orang Suku Banda di Maluku.

kapal ini digunakan dalam berperang, sehingga setiap perahu biasanya akan dilengkapi dengan sebuah meriam.

Pada masa lalu, Kapal Kora Kora digunakan untuk berperang melawan penjajah Belanda.

Perahu ini juga dilengkapi banyak dayung supaya dapat melaju dengan cepat untuk menghindari serangan musuh.

9. Chi, Papua
Chi adalah sebutan untuk kapal atau perahu yang digunakan oleh Suku Asmat yang hidup di Papua.

Perahu Chi berbentuk seperti lesung yang dibuat dari satu batang pohon utuh dan tidak bercadik, sehingga kerap disebut perahu lesung.

Perahu ini digunakan dalam berbagai kegiatan seperti mencari ikan, berburu, berdagang, bahkan juga untuk berperang.

Perahu Chi biasanya diberi hiasan berupa ukiran ular yang menjadi simbol kedekatan antara orang Suku Asmat dengan alam.

Nah, BNI Hi-Movers sebagai negara maritim kita punya banyak sekali kapal khas dari berbagai daerah. Hayoo BNI Hi-Movers paling familiar sama kapal nomor berapa?
SHARE: